Kalau diibaratkan keluarga, negeri kita saat ini layak disebut sebagai keluarga broken home. Lihat saja, kepala rumah tangganya tak habis-habisnya berbuat error, ribut hampir setiap hari. Akibatnya anak-anaknya dari yang bangkotan sampai yang masih bau kencur, sibuk baku hantam, saling jotos, meneriaki kebusukan moral "bapak-bapak" mereka. Yang butuh biaya hidup, karena bapak-bapak mereka sibuk kelayapan kemana-mana, terpaksa turun tangan ke jalan-jalan. Yang ini bukan untuk berunjuk rasa, karena "pos" untuk berunjuk rasa sudah ada yang menempati, ini adalah menadahkan tangan mereka, menjadi pengemis di dalam bus atau perempatan jalan. Sudah tidak lagi mengerti bagaimana jalan hidup ini harus dijalani, membuang jiwa sambil menyakiti tubuhnya dengan macam-macam jenis narkoba. Yang lainnya tertawa terbahak-bahak karena eksperimen lost generation-nya berhasil sukses.
yang hidupnya jauh di pedalaman mulai gampang naik darah cuma untuk urusan sepele. Soal kesukuan menjadi persoalan yang lebih rumit daripada soal mengurusi bangsa. Seolah-olah tak ada yang bisa diselesaikan dari urusan ini, kecuali dengan pertumpahan darah dan pembakaran wilayah. Kalau sudah begitu urusan menjadi alot. Ujungnya minta merdeka, seolah-olah mengurusi propinsi semudah mengurus RT. Karena mereka sudah kapiran, tak terpikirkan apa saja konsekuensi kalau wilayahnya menjadi negara merdeka.
Para tetangga yang melihat keluarga yang brokren home hanya bisa mengurut dada dan geleng-geleng kepala. Bukan apa-apa, kericuhan keluarga yang satu ini benar-benar bikin pening kepala mereka. Semua informasi yang mereka dengar tentang keluarga ini invalid semua. Ramah buktinya marah, akrab ternyata bakar. Kalau para tetangga itu baik-baik semua masih syukur. Tetapi kalau ada tetangga yang malah ikut campur dalam kekisruhan itu, berhubung tetangganya sama-sama keluarga yang broken home pula, apa tidak tambah runyam urusannya.
Lantas apa masih bisa diharapkan dari keluarga broken home ini? karena keluarga ini adalah keluarga kita, jelas kitalah yang perbaiki, anda setuju?
fax:
your@email.com
No comments:
Post a Comment